Jumat, 25 Desember 2009

Kisah Da'wah

Mantan Gay: Islam Membimbingku ke Jalan Lurus PDF Cetak Email
Ia menyebut namanya Ayub, seorang laki-laki Amerika yang memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis alias homoseks. Namun Ayub berhasil melepaskan kecenderungannya itu setelah ia memeluk Islam. Di jaman modern ini, banyak negara yang menerima hubungan semacam itu bahkan melindungi kaum gay dan lesbian dengan alasan hak asasi manusia.
Masyarakat dunia, bahkan di komunitas Muslim, boleh dibilang makin permisif dengan hubungan sesama jenis. Mereka mengaku tidak bisa menolak kelompok ini dan meyakini bahwa Tuhan juga yang telah menciptakan manusia dalam kondisi seperti itu.
Tapi keyakinan itu dibantah Ayub. "Saya menemukan jalan yang berbeda, dengan rahmat Allah, saya berhasil melepaskan diri dari kecenderungan menyukai sesama jenis dan berhasil meninggalkan gaya hidup kaum homo. Saya bisa melakukannya setelah saya memeluk Islam," ujarnya.
"Saya ingin berbagi pengalaman, bukan untuk memicu perdebatan tapi karena saya meyakini bahwa pengalaman saya ini bisa membantu siapa saja yang memiliki menyukai sesama jenis. Saya juga berdoa agar perkataan-perkataan saya bisa memberikan bimbingan bagi para keluarga yang juga sedang berjuang melepaskan salah satu anggota keluarganya dari kecenderungan itu," jelas Ayub.
Ayub mengaku sudah menyukai sesama jenis sejak ia masih remaja. Kecenderungannya itu makin kuat ketika ia di bangku kuliah dan akhirnya malah terjerumus dalam gaya hidup kaum homoseks. Ia secara terbuka menjalani kehidupan sebagai seorang gay selama lima tahun.
"Saya menjalaninya karena ketika itu saya berpikir bahwa saya memang diciptakan begini. Kecenderungan menyukai sesama jenis itu muncul begitu saja tanpa saya mampu mengontrolnya. Saya sendiri bingung bagaimana kecenderungan itu bisa menghinggapi diri saya," tutur Ayub.
Setelah lima tahun menjalani kehidupan nista itu, Ayub mulai berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengapa dia bisa sampai hidup sebagai gay, pasti ada cara lain untuk memandang sisi kehidupan ini.
Mengenal Islam
Ayub yang mengaku dibesarkan dalam keluarga yang menganut agama Kristen, tidak pernah puas dengan ajaran Kristen. "Saat dan setelah saya lulus dari akademi, saya mengeksplorasi tentang ajaran agama Budha, Hindu dan keyakinan-keyakinan lainnya untuk sekedar meditasi. Tak satu pun dari keyakinan dan agama itu memuaskan dan mampu mendorong saya untuk melepaskan diri dari kehidupan sebagai gay," keluh Ayub.
Sampai akhirnya Ayub mengenal agama Islam dan mempelajarinya secara mendalam. Pada usia 25 tahun, setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, hidup Ayub berubah total. Ketika itu Ayub merasa menemukan kejelasan bahwa apa yang selama ini ia punya nama; Allah, yang telah menciptakan saya dan umat manusia beserta dunia dan seisinya.
"Allah, yang berbicara pada manusia melalui rasulnya Muhammad Saw dan para nabi lainnya, yang telah menyampaikan pesanNya pada umat manusia sejak awal penciptaan dunia," tukas Ayub.
"Jelas sudah buat saya, jika saya ingin mengikuti jalan menuju Allah, saya harus meninggalkan gaya hidup gay saya. Islam menunjukkan pada saya, lewat pengalaman baik internal maupun eksternal bahwa homoseksualitas itu salah dan jika saya tetap melakukannya, akan menghalangi saya untuk mencapai kemajuan spiritualitas," sambung Ayub.
Ayub mengaku tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata mengapa ia begitu yakin dengan Islam. Ia juga mengakui melalui tahun-tahun yang berat untuk menghilangkan kebiasaannya sebagai gay, tapi makin jauh mempelajari Islam, Ayub memiliki tekad yang makin kuat untuk melepaskan diri dari kehidupan yang penuh dosa itu.
"Dengan bantuan dari Allah, saya berhasil memutus hubungan dengan masa lalu saya. Saya juga belajar, sedikit demi sedikit bagaimana mengontrol keinginan yang bisa membawa saya ke perbuatan haram," ujar Ayub.
"Sekarang pun saya masih dalam kondisi rawan, terutama saat saya merasa lemah. Tapi saya berpikir tentang kehidupan ini, apapun yang terjadi jika saya bisa bebas dari 'kegilaan' ini dan membantu orang-orang yang bernasib sama dengan saya, saya akan sukses. Inilah jihad saya dalam hidup," tegas Ayub.
Ayub menyatakan tidak peduli ada orang lain yang menolak pendekatan yang dilakukannya. Untuk mereka yang juga sedang berjuang melepaskan diri dari kecenderungan menyukai sesama jenis, Ayub selalu berkata berdasarkan pengalaman hidupnya bahwa "Anda tidak perlu menjalani kehidupan yang bertentangan dengan apa yang telah Allah gariskan untuk kita. Anda tidak perlu menerima definisi siapa Anda jika itu bertentangan dengan apa yang telah Allah tahbiskan buat Anda sebagai seorang Muslim."
Ayub juga mengingatkan orang-orang yang pernah seperti dirinya untuk tidak perlu malu dengan penolakan dari keluarga, teman atau sahabat karena ada cara lain untuk menolong diri kita sendiri. "Ada saudara-saudara kita yang bisa membantu, seperti mereka dulu juga dibantu orang lain," pesan Ayub. (em/timHasmi.org)

Fatawa

Bagaimanakah Jalan Yang Dapat Membuat Kaum Muslimin Bangkit (Jaya)?
"Apakah kaum muslimin dewasa ini berada dalam keadaan terbelakang..? Mengapa demikian..? Dan bagaimanakah jalan yang dapat membuat mereka bangkit (jaya)?"

Jawab:

Tidak diragukan lagi bahwa tidak ada seorang mukmin pun yang rela terhadap kondisi yang menimpa kaum muslimin dewasa ini, kondisi mereka benar-benar sangat terbelakang dikarenakan kelalaian mereka dalam mengemban amanat dan tanggung jawab yang telah diwajibkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada mereka.

Kelalaian tersebut berkaitan dengan segi penyampaian Islam kepada seluruh dunia, dalam berdakwah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan kelalaian dalam mempersiapkan kekuatan atau kesanggupan yang telah diperin-tahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu...” [QS. al-Anfāl (8): 60]

Lihat pula: [QS. Āli ‘Imrān (3): 118, an-Nisā’ (4): 102 dan al-Mā’idah (5): 51]

Kelalaian tersebutlah yang menyebabkan mereka mengalami ketertinggalan. Namun kita senantiasa berharap kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar segera menghilangkannya. Jalannya adalah kembalinya mereka ke jalan yang benar, sebagaimana yang telah digariskan Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam:

تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا

”Aku telah meninggalkan kalian (sebuah manhaj) yang putih bersih, hingga malamnya seperti siangnya” (HR. Ibnu Mājah, al-Muqaddimah 43 dan Ahmad 4/1374)

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا؛ كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيِّهِ

”Aku telah meninggalkan kepada kalian dua hal, selama kalian berpegang teguh kepada keduanya maka kalian tidak akan pernah tersesat; yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya” (HR. Mālik hal. 899)

Oleh karena itu, penyebab ketertinggalan kaum muslimin tiada lain adalah karena mereka tidak mengamalkan wasiat Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan wasiat Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam kepada mereka agar berpegang teguh kepada agama mereka, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Dan juga dikarenakan ketidak waspadaan dan ketidak hati-hatian mereka terhadap berbagai makar musuh.

Walaupun demikian, kita tidak boleh berkeyakinan bahwa kebaikan pada ummat ini sudah tidak ada lagi dan kesempatan bagi merekapun sudah habis sama sekali. Karena kebaikan bagi ummat ini akan senantiasa ada, selemah apapun kondisi yang dialami mereka.

Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ

“Akan senantiasa ada sebuah golongan dari ummatku yang membela kebenaran, mereka tidak akan pernah terganggu oleh orang-orang yang menghinakan mereka, hingga datangnya urusan Allah (kiamat)” (HR. Muslim No. 1920)

Maka, selemah apapun kondisi yang sedang dialami ummat, namun kebaikan tidak akan pernah hilang dari mereka dan pastilah akan senantiasa ada segolongan dari mereka yang akan menegakkan agama Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sekalipun dalam ruang lingkup yang sempit. Kebaikan tersebut akan tetap ada pada ummat manakala para pemeluknya telah kembali kepada-Nya.

(Fatwā asy-Syaykh Shālih al-Fawzān,Kitāb ad-Da’wah vol. 7, jilid 2, hal. 166-167)

(www.hasmi.org)

Renungan Tarbawi

Mengemban Risalah Menghadapi Masa Lemah PDF Cetak Email
Agama bukan hanya ma'rifah qolbiah (Perasaan jiwa) yang tidak terkait kata lisan dan amal perbuatan. Prasangka bid'ah yang tak dikenal dalam Islam kecuali dari jiwa-jiwa yang mereguk pemahaman agama bukan dari sumbernya yang benar.
Sudah merupakan suatu keniscayaan jika hakikat ini diakui dan dikokohkan oleh para pengemban risalah. Sesuatu yang harus dijadikan titik tolak mengemban risalah dan menyampaikannya ke dalam jjiwa-jiwa manusia serta harus dijadikan pembela menghadapi ujian-ujian para pembawa risalah.


Pada hari ini pemahaman Islam telah menjadi asing seperti pertama kali munculnya risalah Nabi kita Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam. Tidak ada yang dapat mempamorkannya kembali kecuali di tangan para pengemban risalah yang disifatkan ghuraba oleh Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam dalam sabdanya :
بدأ الإسلام غريبا و سيعود غريبا كما بدأ فطوبى للغرباء
Islam bermula asing dan akan kembali asing sebagaimana mulanya, beruntunglah orang-orang yang asing itu". (Hr. Muslim, Kitab Al Iman : 1/130, Nomor 232)
Merekalah satu-satunya yang dapat menampilkan agama sesegar diturunkannya, sebagaimana diungkapkan Imam Ahmad : mereka dapat menepis penyelewengan para pelampau batas, permainan kaum bathilin dan pena`wilan kaum jahilin.

Sehingga, orang-orang jahil menuduh dan membuat makar busuk terhadap mereka. Akan tetapi, setiap kali beban semakin berat, semakin tampak hari cerah mendekati mereka, agama tegak seperti mulanya, dan janji Allah akan tetap terwujud, setiap kali syarat-syaratnya mewujud.
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ اْلأَشْهَادُ
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (QS. 40:51)

Ibnu katsir rahimahullah berkata: "Ini adalah sunatullah untuk makhlukNya, dahulu dan kini : yaitu Dia akan menolong hamba-hambaNya yang beriman di dalam dunia dan menyejukan mata mereka dari siapa saja yang memusuhi mereka. As Sudiy berkata: " Allah Subhanahu Wata'ala tidak mengutus seorangpun kepada satu kaum lalu mereka membunuhnya atau satu kelompok kaum muslimin, lalu merekapun dibunuh, maka pasti Allah lenyapkan abad itu dengan mengutus orang-orang yang akan menolong mereka untuk menuntut balas darah-darah mereka dari para pelakunya di dalam dunia". (Tafsir Al Qur`an Al `Adzim : 4/83-84)

Akan tetapi sunatullah dalam mengemban risalah mengharuskan adanya ujian-ujian pemilihan dan penyucian, hingga terbedakanlan antara yang busuk dengan yang baik. Saat menjelaskan makna firman Alllah Subhanahu Wata'ala
وَتِلْكَ اْلأَيَّامُ نُدَاوِلُهاَ بَيْنَ النَّاسِ
Kami pergilirkan masa-masa di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); (QS. 3:140)

Ibnu katsir berkata : artinya "terkadang musuh menguasai kalian, walaupun kemenangan akhir tetap milik kalian, untuk suatu hikmah yang baik untuk kalian”. (Tafsir Al Qur`an Al `Adzim : 1/408)

Tidak ada satu fadhilahpun yang Allah berikan kepada Bani Israel kecuali setelah ujian-ujian yang menimpa mereka di dalam kehidupan.
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ اْلأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا

Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah tertindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. (QS. 7:137)

Karena itu, generasi para sahabat diliputi berbagai ujian dalam segala hal. Akan tetapi janji Nabi tentang kemenangan agama ini dan kekuasaanya terhadap orang-orang kafir telah memenuhi iman di tenggorokan mereka serta menghilangkan penat-penat perjalanan mereka. Diantaranya sabda Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam. :
و الله ليتمن الله هذا الأمر حتى يسير الراكب من صنعاء إلى حضرموت لا يخاف إلا الله أو الذئب على غنمه و لكنكم تستعجلون
"Demi Allah, Dia akan menyempurnakan urusan ini hingga seorang pengendara berjalan dari Shan'a ke Hadramaut tidak merasa takut kecuali kepada Allah, padahal srigala di atas kambingnya akan tetapi kalian tergesa-gesa".(Hr. Al Bukhari dalam Fathul Bari, Kitab Al Manaqib, 6/619 Hadits Nomor : 3612)

Bahkan, saat beliau Salallahu Alaihi Wasalam keluar berhijrah dari kota Makkah, beliau melihat di balik kejadian ini adalah kedaulatan dan ketinggian agama yang memberikan kekokohan sahabatnya Ash Shidiq Radhiallhu Anhu dengan sabdanya : " Jangan berduka sesungguhnya Allah bersama kita” (At Taubah : 40), serta menjanjikan Suraqoh istana Kisra.

Semua yang beliau Salallahu Alaihi Wasalam sampaikan bukan semata-mata janji yang kosong dari sebab-sebab terwujudnya, akan tetapi sebuah janji yang pasti datang menepis keputusasaan.
Menyingkirkan perasaan lemah dari kepribadian merupakan satu jalan menuju tangga ketinggian bagi agama ini menuju tujuannya, serta salah satu sebab kenikmatan yang diberikan Allah kepada hamba-hambaNya yang lemah.

Melatih kepribadian menghilangkan perasaan lemah dan menolaknya dengan kesungguhan dan perjuangan merupakan suatu keniscayaan pengemban risalah. Perasaan lemah bukan kondisi lazim yang tidak mungkin dilepaskan, akan tetapi dia hanyalah salah satu bentuk ujian yang wajib dihalangi dan diperangi.

Ujian bukan murni keburukan, akan tetapi mengandung pintu kebaikan. Dialah yag menghatarkan seseorang ke maqam akhyar(pilihan) dan memperkuat hubungan kepada Allah. Nabi Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:
إن من أشد الناس بلاء الأنبياء ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
"Diantara manusia yang paling keras ujuannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang sesudah mereka dan orang-orang yang selanjutnya" (Hr. Imam Ahmad di dalam Musnadnya: 6/369 Nomor hadits : 27124. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah : 2/66)
Beliau Salallahu Alaihi Wasalam Bersabda :
إن عظم الجزاء مع عظم البلاء و إن الله إذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضا و من سخط فله السخط
"Kebesaran pahala ada bersama besarnya ujian, jika Allah mencintai suatu kaum, diujilah mereka, barangsiapa yang ridha, maka Allah meridhoinya dan barang siapa yang murka, maka Diapun memurkainya". (Hr. At Tirmidzi : Nomor 2398)

Akan tetapi diantara sikap berlebih-lebihan dalam beragama adalah bermain di tempat-tempat fitnah dan berusaha terjatuh di dalamnya, berdasarkan sabda Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam. :
لا ينبغي للمؤمن أن يذل نفسه قالوا : و كيف يذل نفسه ؟ قال : يتعرض من البلاء لما لا يطيق
"Tidak patut seorang muslim menghihnakan dirinya" mereka bertanya ? bagaimanakah meng hinakan diri? Beliau bersabda: menyongsong ujian sesuatu yang tidak di sanggupi". (Hr. Ibnu Majah : Nomor 4016)

Nabi Salallahu Alaihi Wasalam yang merupakan pejuang agung mengancam para sahabatnya yang berharap berjumpa dengan musuh dalam sabdanya:
لا تمنوا لقاء العدو وسلوا الله العافية فإذا لقيتموهم فاصبروا
"Janganlah kalian berharap berjumpa musuh, mintalah afiat kepada Allah. Jika kalian berjumpa mereka, bersabarlah". (Hr. Al Bukhari : Nomor 3026)

Ibnu Baththol berkata : "Hikmah larangan tersebut adalah bahwa seseorang tidak tahu apa akhir urusannya, itulah perlunya diiringi permintaan afiat dari fitnah. Ash Shiddiq berkata: "Aku diberikan afiat lalu bersyukur lebih aku cintai dari pada aku diuji lalu bersabar". (Fathul Bari : 6/181)

Karnanya, sebuah kesalahan jika para pengemban risalah yang menghadapi masa-masa sulit dalam perjalanan dakwah berusaha menempuh lingkaran-lingkaran fitnah yang mungkin tidak disanggupinya atau duduk-duduk bersama mereka.

Akan tetapi seharusnya mereka putuskan perjalanan takwa mereka dengan manhaj ahlus sunnah wal jama'ah. Jika tidak, mereka akan terjerembab manhaj berani atau jumud.

Keduanya adalah dua manhaj yang tidak boleh ditempuh kecuali oleh mereka yang ingin menyeleweng dari Islam dan mengira mereka berbuat kebaikan. Dasar-dasar mereka tidak akan kokoh kecuali dengan memenggal nash-nash, terkadang ta'thil atau ta'wil menurut hawa nafsu pribadi dan i'tiqod-i'tiqod dasar pendahulunya.

Dalam mengobati penyelewengan, mereka yang berjalan dengan dua manhaj tersebut menggunakan penyelewengan pula. Di antara mereka ada yang berpendapat harusnya menyingkirkan jihad sampai munculnya imam ghoib, seperti propaganda kaum syi'ah rafidhah.

Atau mengartikan jihad sebagai bentuk ritual yang melemahkan badan, seperti langkah tasawuf, atau ada pula yang berpendapat bahwa pedang adalah kewajiban syar'i satu-satunya yang harus ditempuh dalam meluruskan apa saja yang tampak bertentangan dengan agama, seperti pemahaman Khawarij.

Berbeda dengan ahlus sunnah wal jama'ah yang mengambilnya sesuai takaran, dengan menjaga kondisi dan akibat berbagai perkara dan menampilkan agama sesuai tujuannya dengan penuh wasatiyah dan keadilan. (Renungan Tarbiyyah/Du'at at-tauhid prees/oleh Dr Jalaludin Shalih)

Ukhti






Nasihat Bagi Muslimah… PDF Cetak Email
Teriakan bersahutan muncul dari seorang wanita usia muda....disusul kemudian lengkingan lantang suara remaja putri yang berteriak dengan suara yang cukup keras... Semuanya menuntut dengan suara yang satu dan permintaan yang sama: "Dimanakah kebahagiaan dan kesenangan itu? Dimanakah ketenangan jiwa dan ketetapan hati itu?"
Kami terbawa oleh kesedihan dan tertimpa gundah gulana...Tidur tak nyenyak disebabkan oleh banyaknya dosa yang menyelimuti langit-langit hati kami. Kami dikelilingi oleh syahwat yang membara, dan layar-layar TV yang membangkitkan rangsangan seks kami ... Sementara setitik iman masih tersisa dalam hati kami memanggil kalian ...Tolonglah Kami !!

Ukhti Muslimah!!
Kita hidup pada zaman dimana sarana informasi beraneka ragam banyaknya. Duniapun menyuarakan peradaban materi yang memenuhi tempat-tempat hiburan dan kesenangan ... menjauhkan kebahagiaan dan mendekatkan kesengsaraan.
Di tengah-tengah lautan ganas dengan ombak yang menggulung itu, seorang muslim merasa takut fitnah menimpa dirinya disebabkan oleh tersebarnya 'Syubhat'(hal hal yang samar) dan banyaknya "Syahwat" hawa nafsu. Rasulullah Salallahu alaihi Wasalam bersabda: "Sesungguhnya di hadapan kalian akan banyak fitnah, bagaikan malam gelap gulita, seseorang menjadi mu'min di pagi hari dan menjadi kafir di sore hari, menjadi mu'min di sore hari dan menjadi kafir di pagi hari" (HR. Abu Daud)
Karena keinginan yang tinggi terhadap surga yang seluas langit dan bumi dan karena ketakutan tergelincir dalam kubang kehancuran..., maka teguklah air sungai yang jernih dan memancarkan cahaya dari firman Allah dan sabda Rasul-Nya Salallahu alaihi Wasalam, yang hal itu akan menghilangkan kebengisan, melepaskan cengkraman syaitan dan merobek tirai yang dipercantik oleh maksiat. Rahmat Allah azza wa jalla akan menggapaimu untuk menyelamatkanmu dari siksaan yang pedih dan menjagamu dari kejatuhan ke dalam salah satu pintu diantara pintu-pintu kehancuran dan kebinasaan.

Ukhti muslimah ...
Diantara bahaya terbesar yang mengancam seorang wanita muslimah adalah pengaruh nafsu seks dan terbukanya pintu syahwat di hadapan mereka. Disebabkan oleh awal-awal yang dianggap remeh, tetapi pada akhirnya bisa menggelincirkan seseorang ke dalam perbuatan zina yang diharamkan.

Imam Ahmad rahimahullah berkata: "Saya tidak tahu adanya dosa besar setelah bunuh diri melebihi zina"
Allah azza wa jalla dan Rasul-Nya telah mengharamkan zina karena kejinya perbuatan ini dan jeleknya sarana pengantarnya. Allah azza wa jalla melarang mendekati sarana dan penyebab zina karena itu adalah langkah awal sebelum terperosok ke dalamnya. Allah ta'ala berfirman: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk" (Al-Isra':32).
Perbuatan zina termasuk dosa besar setelah syirik dan pembunuhan, dan termasuk perbuatan jijik yang membinasakan, dan kejahatan yang mematikan. Rasulullah Salallahu alaihi Wasalam bersabda: "Tidaklah suatu dosa setelah syirik yang lebih besar disisi Allah dari setetes air mani yang diletakkan seseorang lelaki pada rahim yang tidak dihalalkan baginya".
Dalam hadits mutafaqun 'alahi: "Tidaklah seseorang pezina itu berzina, sementara dia seorang yang beriman (dengan keimanan yang sempurna)".
Keharaman dipertegas lagi oleh Allah azza wa jalla dalam firman-Nya: "Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adzab itu dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-Furqan:68-70).
Dalam ayat ini Allah azza wa jalla menggandengkan perbuatan zina dengan syirik dan membunuh jiwa, serta menjadikan hukuman semua itu berupa kekekalan di dalam adzab yang berlipat-lipat, selama hamba itu belum membuang penyebab adzab itu, yaitu taubat, iman dan amal shaleh.
Allah azza wa jalla mensyaratkan keberuntungan dan keselamatan seorang hamba dengan menjaga kemaluan agar tidak tergelincir pada perbuatan zina. Dan tidak ada jalan menuju kepada keselamatan kecuali dengan meninggalkannya. Allah azza wa jalla berfirman: "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela." (Al-Mu'minun:1-6)

Ukhti muslimah !!
Zina itu kehinanan yang akan menghancurkan bangunan yang megah, menundukkan kepala yang berwibawa, menghitamkan wajah yang putih dan membisukan lisan yang tajam. Dan itu adalah kehinaan yang paling berpeluang menanggalkan baju kehormatan, bagaimanapun indahnya baju kehormatan itu.
Dan juga merupakan kotoran hitam yang bila menimpa suatu keluarga, maka akan menutupi lembaran-lembaran kehidupan sebelumnya yang putih, dan pandangan matapun tidak memandang mereka kecuali sebagai sesuatu yang hitam dan jelek.

Hukuman Zina

Allah ta'ala mengkhususkan perbuatan zina dengan tiga hukuman:
  1. Dibunuh dengan bentuk pembunuhan yang jelek dan siksaan yang pedih.
  2. Allah melarang hamba-hamba-Nya merasa kasihan dan sayang kepada pelaku zina
  3. Allah memerintahkan agar hukuman tersebut disaksikan oleh kaum mu'minin, agar lebih tepat sasaran dan sampai kepada hikmah ditegakkannya hukuman itu.
Adapun hukumannya di dunia, adalah dengan menegakkan hukuman bagi pelaku zina laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah, berupa rajam dengan lemparan batu hingga meninggal, agar seluruh anggota tubuhnya merasakan siksaan itu sebagai hukuman bagi keduanya (pelaku zina). Keduanya dilempar dengan batu sebagai gambaran bahwa mereka telah menghancurkan suatu rumah tangga, maka keduanya dirajam dengan batu-batu dari bangunan yang telah mereka runtuhkan.
Bila keduanya belum berkeluarga, maka mereka dicambuk sebanyak 100 kali dengan cambukan yang paling keras dan dibuang dari negeri asalnya selama satu tahun.
Diantara hukuman zina adalah seperti apa yang disabdakan Rasulullah Salallahu alaihi Wasalam: "Pintu-pintu surga akan dibuka pada pertengahan malam, lalu ada yang menyeru: "Adakah orang yang memohon lalu permohonannya dikabulkan? Adakah orang yang meminta lalu permintaannya dipenuhi? Adakah orang yang tertimpa sesuatu yang jelek lalu dibebaskan darinya? Maka tidak ada seorang muslimpun yang memohon dengan suatu permohonan kecuali dikabulkan oleh Allah, kecuali wanita pezina yang menjual kehormatannya" (HR.Ahmad dan Tabarani dengan sanad hasan)
Dan diantara akibat tersebarnya perbuatan zina yang keji ini adalah timbulnya berbagai macam penyakit, sebagaimana disinyalir dalam hadits: "Tidaklah nampak suatu perbuatan fahisah (zina) pada suatu kaum hingga mereka terang-terangan melakukannya, kecuali mereka akan ditimpa penyakit menular dan penyakit-penyakit lain yang belum pernah ada pada orang-orang dulu sebelum mereka" (HR.Ibnu Majah).
Dan hal itu dapat disaksikan sekarang ini pada umat yang membiarkan dan membolehkan perbuatan kotor ini.

Abdullah bin Mas'ud berkata: "Tidaklah nampak suatu riba dan zina pada suatu negeri, kecuali Allah akan menghancurkan mereka"
Dan diantara akibat perbuatan zina ini adalah seperti apa yang disabdakan Rasulullah Salallahu alaihi Wasalam dalam hadits Ru'yah: "Maka kamipun menuju ke suatu lobang seperti tungku yang atasnya sempit dan bawahnya luas, lalu dinyalakan api. Bila mendekat maka mereka akan terangkat hingga hampir saja mereka terlempar keluar, dan bila apinya redup maka mereka kembali turun.
Di dalamnya terdapat golongan laki-laki dan perempuan yang telanjang, maka saya bertanya: "Siapa mereka?" Kedua (malaikat) itu menjawab: "Mereka itu adalah tukang zina laki-laki dan perempuan." Dan di dalam hadits juga terdapat: "Sesungguhnya seorang laki-laki yang berzina dengan seorang wanita, maka bagi keduanya di dalam kubur akan disiksa setengah siksaan umat ini."
Diantara hukuman zina adalah pelakunya mengumpulkan segala jenis kejelekan seperti: kekurangan agama, tidak bersifat wara'(usaha menghindari dosa), tidak bersifat sopan santun, serta tidak mempunyai "ghirah" (rasa cemburu)
Jadi, kita tidak akan menemukan seorang pezina yang memiliki wara', menepati janji, kejujuran dalam perkataan, menjaga ikatan persahabatan dan tidak memiliki "ghirah" yang penuh terhadap keluarganya.

Diantara akibat zina adalah wajah yang hitam dan kelam, hati yang gelap karena cahayanya yang hilang, jiwa yang penuh kesedihan, kegundahan, dan jauh dari ketenangan, umur yang pendek, berkah yang dicabut dan kefakiran yang akan menimpanya. Dalam salah satu atsar disebutkan: "Sesungguhnya Allah membinasakan para taghut dan memfakirkan para pelaku zina"
Diantara akibat lain dari zina adalah pelakunya tidak lagi menyandang nama baik sebagai orang mulia, orang yang baik-baik dan orang yang adil, bahkan sebaliknya akan menyandang nama jelek sebagai orang yang fasik, pezina dan sebagai pengkhianat, keseraman yang meliputi wajahnya, kesempitan dan penyakit hati yang ia derita. Dan diantara akibat zina yang paling besar adalah "Suul Khatimah"(Akhir hidup yang jelek). Ibnul Qayyim berkata: "Bila anda melihat keadaan sebagian besar orang yang sakaratul maut, maka anda akan melihat adanya halangan antara dia dan husnul khatimah, sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan jelek yang pernah mereka lakukan"

Ukhi Muslimah !!
Hati-hatilah! Janganlah memberanikan diri untuk melakukan maksiat yang kecil, terlebih lagi yang besar. Wanita-wanita Arab jahiliyah dulu sangat membenci zina dan tidak ridha menimpa orang-orang merdeka (bukan budak). Ketika Rasulullah Salallahu alaihi Wasalam membaiat mereka untuk tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatupun, tidak mencuri dan berzina, Hindun binti 'Utbah bertanya dengan penuh keheranan: "Apakah ada seorang wanita merdeka yang berzina wahai Rasulullah?"

Dalam salah satu peribahasa Arab mengatakan: "Seorang wanita merdeka meninggal dan tidak makan dari usaha menjual diri"

Ukhti Muslimah !! Ingatlah! Bahwa Allah melihatmu, maka janganlah melanggar perintah-Nya dan terperosok ke dalam apa yang Ia murkai.

Jalan Keselamatan

Ukhti Muslimah !!
Semoga Allah menjagamu dan menghiasimu dengan taqwa!. Laluilah jalan keselamatan! Bangkitlah dari tidurmu! Jauhilah apa yang dapat menggiringmu kepada kehancuran dan membawamu kepada kahinaan.

Diantara jalan keselamatan adalah sebagai berikut:

1.   Tidak berdua-duaan dengan laki-laki lain yang bukan muhrim, selamanya..., baik di rumah, di mobil, di toko, di peSalallahu alaihi Wasalamat dan di tempat lainnya. Jadilah satu umat yang taat kepada Allah azza wa jalla dan Rasul-Nya. Maka janganlah dengan mudah melanggar perintah keduanya. Rasulullah bersabda: "Tidaklah seorang laki-laki yang berdua-duaan dengan seorang wanita, kecuali yang ketiganya adalah syaitan"

2.   Tidak sering keluar ke pasar sebatas kemampuan dan beribadah kepada Allah dengan tetap tinggal dirumah, dengan mengikuti perintah Allah azza wa jalla: "Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian"(Al-Ahzab:33)

Abdullah bin Mas'ud berkata: "Tidak ada taqarub seorang wanita kepada Allah melebihi tinggalnya di rumah." Dan ketika keluar, hendaklah bersama muhrimmu atau wanita yang dapat dipercaya dari keluargamu. Dan janganlah merendahkan suara dan berlemah lembut dalam bertutur kata kepada penjual. Tidak apa anda rugi beberapa rupiah dari pada kerugian menimpa agamamu, na'udzu billahi min dzalik

3.   Hindarilah "Tabarruj" (berhias diri) dan "Sufur" (tidak menutup aurat) ketika keluar rumah, karena itu menyebabkan fitnah dan menarik perhatian. Rasulullah bersabda: "Ada 2 golongan penghuni neraka dan disebutkan salah satu diantaranya- wanita yang berpakaian tapi telanjang dan berjalan miring berlenggak-lenggok." Dan pakaian yang paling dianjurkan adalah 'abaa yang sederhana (pakaian berwarna hitam yang menutupi seluruh tubuh), menutup kedua tangan dan kaki, serta tidak menggunakan wangi-wangian.
Hendaklah anda mencontoh Ummahatul Mu'minin dan Shahabiyat, bila keluar rumah mereka itu bagaikan burung gagak yang memakai pakaian hitam, tidak sesuatupun dari tubuh mereka yang terlihat.

4.   Hindarilah wahai ukhti muslimah! Membaca majalah-majalah yang merusak dan menonton film-film yang terdapat adegan porno, karena itu akan membangkitkan nafsu seks dan meremehkan perbuatan keji dengan menamakannya sebagai "cinta dan persahabatan" dan menampakkan perbuatan zina dengan menamakannya "hubungan kasih sayang yang matang antara seorang laki-laki dan wanita". Janganlah merusak rumahmu, hatimu dan akalmu dengan hubungan-hubungan yang diharamkan.

5.   Allah azza wa jalla berfirman: "Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu bahan olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan" (Lukman:6).

Maka hindarilah mendengarkan lagu-lagu dan musik, hiasilah pendengaranmu dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an, rutinlah membaca dzikir dan istighfar, perbanyaklah "dzikrul maut" (mengingat mati) dan "Muhasabtun Nafs" (evaluasi diri).
Ketahuilah bahwa ketika anda berbuat maksiat kepada Allah, maka sesungguhnya anda bermaksiat kepada-Nya dengan nikmat yang Ia berikan kepadamu, maka hati-hatilah, jangan sampai nikmat itu dicabut dari diri Anda.

6.   Takutlah kepada Yang Maha Tinggi, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui apa-apa yang tersembunyi. Ini adalah rasa takut yang paling tinggi yang menjauhkan seseorang dari perbuatan maksiat. Anggaplah bahwa suatu ketika anda tergelincir pada seperseribu perbuatan zina. Maka bagaimana jika seandainya hal itu diketahui oleh bapakmu, ibumu, saudara-saudaramu, kerabatmu atau suamimu? Dalam pandangan dan buah bibir mereka ketika anda meninggal, mereka akan menganggap anda sebagai seorang pezina, na'udzu billahi min dzalik

7.   Hendaklah Anda memiliki temah shalehah yang menolong dan membantu Anda, karena manusia itu lemah sementara syaitan siap menerkam dimana saja. Hindarilah temah jelek, karena ia akan datang kepada Anda bagaikan seorang pencuri yang masuk secara sembunyi-sembunyi mencari kesempatan hingga ia menggelincirkanmu pada sesuatu yang diharamkan.
Ingatlah paman Nabi Salallahu alaihi Wasalam, ia adalah lelaki tua dan memiliki akal yang lurus, tetapi walaupun demikian karena adanya teman yang jelek yaitu Abu Jahal yang hadir di sampingnya ketika wafat, menjadi penyebab meninggalnya ia dalam keadaan syirik.

8.   Perbanyaklah berdoa, karena Nabi umat ini termasuk orang yang senantiasa membaca doa dan banyak istighfar

9.   Janganlah dibiarkan waktu senggang berlalu kecuali anda membaca Al-Qur'an. Berusahalah menghafal apa yang mudah dari Al-Qur'an. Kalau Anda memiliki semangat yang tinggi, maka bergabunglah dengan kelompok Tahfidzul Qur'an khusus wanita, karena jika diri Anda tidak disibukkan dengan ketaatan dan ibadah, maka anda akan disibukkan oleh kebathilan

10.  Sesungguhnya apa yang kalian cari dalam hubungan-hubungan yang diharamkan untuk mengisi waktu atau memenuhi rasa kasih sayang pada hakekatnya adalah akibat dari kekosongan rohani dan hati, serta kesempitan dada yang bersumber dari jauhnya seseorang dari ketaatan dan ibadah. Allah azza wa jalla berfirman: "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit" (Thaha:124)

11.  Ingatlah bahwa Anda akan meninggalkan dunia ini dengan lembaran-lembaran yang Anda tulis sepanjang hari-hari kehidupan Anda, bila lembaran-lembaran itu penuh dengan ketaatan dan ibadah, maka bergembiralah. Dan bila sebaliknya maka segeralah bertaubat sebelum meninggal. Karena hari kiamat itu adalah hari penyesalan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: "Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan." (Maryam:39). Yaitu hari dibukanya (segala hal yang tersembunyi) dan lembaran-lembaran yang beterbangan. Hari dimana seorang ibu yang menyusui melupakan anaknya yang sedang ia susui. Ingatlah wahai ukhti muslimah!, hari dimana anda terbaring di dalam kubur sendirian

12 Ukhti Muslimah !! Telepon telah menjerumuskan banyak wanita, maka janganlah Anda menjadi salah satu dari mereka. Bila Anda diuji oleh seekor serigala barwajah manusia dan anda telah memulai hubungan yang diharamkan dengannya, maka hendaklah segera memutuskan hubungan itu sebelum berlanjut. Dan ketahuilah bahwa Allah akan memberikan anda jalan keluar dan keselamatan dari padanya.

13.  Ingatlah ! Wahai yang mencari kebahagiaan dan berusaha menuju surga, bahwa itu semua dalam rangka taat kepada Allah dan menjalani perintah-perintah-Nya. "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik" (An-Nahl:97)

Ingatlah bahwa meninggalkan maksiat lebih ringan dari pada meminta taubat. Saya mengingatkan Anda dengan hadits Rasulullah Salallahu alaihi Wasalam: "Bila seorang wanita shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka ia akan memasuki pintu-pintu surga mana saja yang ia kehendaki"

Semoga Allah memberimu petunjuk yang dapat memberikan petunjuk kepada orang lain, menjadikanmu wanita mulia, bertakwa dan suci, menghiasi dirimu dengan iman dan menjadikanmu wanita shalehah dan taat serta termasuk orang-orang yang diseru nanti pada hari kiamat: "Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati." (Al-A'raaf:49).
(teamhasmi.org)

Kamis, 24 Desember 2009

Renungan Hadits

Ittiba’ An-Nabiy Salallahhu Alaihi Wasalam Dalam Perspektif Sunnah PDF Cetak Email


Saudaraku kaum muslimin... Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasalam bersabda
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ، وَوَالِدِهِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
“Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga dia mencintai diriku melebihi cintanya kepada anak dan orang tuanya serta seluruh manusia yang lainnya” (HR. al-Bukhāriy No. 15 dan Muslim No. 44)

Suatu ketika, ‘Umar bin al-Khaththab Radhiallahuanhu berkata kepada Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasalam:
(( يَا رَسُوْلَ اللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي ))
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau benar-benar sangat saya cintai melebihi siapapun juga, kecuali dari diriku sendiri”
Maka Rasulullah Salallahualaihi Wasalam bertutur kepadanya:
(( لاَ، وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ ))
“Tidak demikian halnya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaknya aku lebih dicintai olehmu walaupun dari dirimu sendiri”
Kemudian ‘Umar Radhiallahuanhu pun berkata kepada beliau Salallahhu Alaihi Wasalam:
(( فَإِنَّهُ اْلآنَ وَاللهِ! َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي )
“Adapun sekarang, demi Allah, sesunguhnya engkau benar-benar sangat saya cintai melebihi dari diriku sendiri”
Kemudian Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam bersabda:
(( اْلآنَ يَا عُمَرُ ))
“Sekarang (benar), wahai ‘Umar!” (HR. al-Bukhāriy No. 3694)


Saudaraku kaum muslimin...


Di antara sarana paling utama agar kita dapat merealisasikan konsep ittibā’ adalah dengan mahabbah (mencintai) Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasalam:
melebihi cinta kita kepada siapapun atau apapun, juga dengan senantiasa mengutamakan sabda-sabda dan perintah-perintahnya lebih dari pendapat dan perintah selainnya.
Benih mahabbah (cinta) kepada Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasalam:

mulai bersemi dari adanya mahabbah qalbiyyah (kecintaan hati) ke-padanya serta tamannī ru’yatihi (harapan untuk dapat bertemu) dan tamannī shuhbatihi (berkawan) dengannya, ke-mudian ditutup dengan upaya keras untuk mengamalkan seluruh syari’at-nya dengan penuh kecintaan dan ke-rinduan kepadanya, secara lahir maupun batin.
Benih mahabbah (cinta) ini akan se-makin tumbuh dan mengkristal apabila kita merenungkan sabda beliau Salallhu Alaihi Wasalam berikut:

مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِيْ حُبًّا نَاسٌ يَكُوْنُوْنَ بَعْدِيْ، يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِيْ بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ
“Ummatku yang sangat mencintai diriku adalah orang-orang yang hidup sepeninggalku, hingga salah satu di antara mereka sampai-sampai ada yang sangat berkeinginan untuk berjumpa denganku beserta segenap keluarga dan hartanya” (HR. al-Bukhāriy No. 3694)


Saudaraku kaum muslimin...


Benih mahabbah (cinta) tidaklah tumbuh begitu saja, tetapi memerlukan faktor pendorong dan bahkan alasan kuat. Di antara faktor yang dapat menum-buhkan mahabbah (kecintaan) dan ta’zhīm (pengagungan) kepada Rasulul-lah sa, adalah:

1. Harapan untuk dapat merealisasikan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan perintah-Nya yang menegaskan kepada kita untuk mencintai dan mengagung-kan Rasul-Nya Salallahhu Alaihi Wasalam.

  • · Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah dengan masa hidup (umur) beliau Salallahhu Alaihi Wasalam, sebagai ben-tuk pengagungan-Nya kepadanya:
“(Allah berfirman): “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)” [QS. al-Hijr (15): 72]


  • · Allah Subhanahu Wa Ta’ala memujinya Salallahhu Alaihi Wasalam:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” [QS. al-Qalam (68): 4]
“Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu” [QS. asy-Syarh (94): 4]


  • · Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dipuji dan diagungkan nama-nya oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala selain Rasul Salallahhu Alaihi Wasalam, bahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikannya sebagai khalīl (kekasih)-Nya. (Lihat: HR. Muslim 2/1855 No. 2383)
Ibnu al-Qayyim Rahimahullah berkata:

( وَكُلُّ مَحَبَّةٍ وَتَعْظِيْمٍ لِلْبَشَرِ فَإِنَّمَا تَجُوْزُ تَبَعًا لِمَحَبَّةِ اللهِ وَتَعْظِيْمِهِ، كَمَحَبَّةِ رَسُوْلِ اللهِ وَتَعْظِيْمِهِ، فَإِنَّهَا مِنْ تَمَامِ مَحَبَّةِ مُرْسِلِهِ وَتَعْظِيْمِهِ، فَإِنَّ أُمَّتَهُ يُحِبُّوْنَهُ لِمَحَبَّةِ اللهِ لَهُ، وَيُعَظِّمُوْنَهُ ِلإِجْلاَلِ اللهِ لَهُ، فَهِيَ مَحَبَّةٌ ِللهِ مِنْ مُوْجِبَاتِ مَحَبَّةِ اللهِ... )
“Setiap bentuk kecintaan dan pen-gagungan kepada manusia hanya di-perbolehkan sebagai kelanjutan dari bentuk kecintaan dan pengagungan kepada Allah. Seperti halnya kecin-taan dan pengagungan kepada Rasulullah, maka ini merupakan penyem-purna bagi kecintaan dan pengagungan kepada Dzat yang mengutusnya, yaitu Allah. Oleh karena itu, ummatnyapun mencintainya karena adanya kecintaan Allah kepadanya dan mengagungkan-nya karena adanya pengagungan Allah kepadanya. Kecintaan kepada Rasu-lullah merupakan persembahan cinta kepada Allah, sekaligus sebagai bukti cinta kepada-Nya...” (Lihat: Jalā’ al-Afhām: 297)


2. Kecintaan dan pengagungan kepada Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasalam adalah syarat bagi ke-imanan seseorang.
Ibnu Taymiyyah Rahimahullah berkata:

إِنَّ قِيَامَ المَدْحَةِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ وَالتَّعْظِيْمِ وَالتَّوْقِيْرِ لَهُ قِيَامُ الدِّيْنِ كُلِّهِ، وَسُقُوْطُ ذَلِكَ سُقُوْطُ الدِّيْنِ كُلِّهِ
“Sesungguhnya terealisasinya pu-jian, pengagungan dan penghormatan kepadanya (Rasulullah) merupakan pilar bagi tegaknya seluruh syi’ar agama. Sebaliknya, runtuh atau hilangnya pilar tersebut adalah kehancuran bagi selu-ruh syi’ar agama” (Lihat: ash-Shārim al-Maslūl: 211)


3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan berba-gai keistimewaan dan karakteristik agung kepada Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasalam; yaitu nasab (keturunan) dan keluarga yang mulia lagi pilihan, pertumbuhan hidup yang baik serta kesempur-naan akhlak, sifat dan tingkah laku.

4. Besarnya kecintaan, kasih sayang dan welas asih Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasalam kepada ummatnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya telah datang kepada-mu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas ka-sihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min” [QS. at-Tawbah (9): 128]
Banyak sekali lantunan dan kumandang do’a beliau sa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar ummatnya dilimpahkan berbagai karunia dan kebaikan!

Begitu banyak beban derita yang beliau pikul demi tersebarnya dakwah, walaupun harus menghadapi berbagai ejekan dan siksaan dari orang-orang musyrik! (Lihat: at-Ta’addub Ma’a Rasūlillah fī Dhaw’ al-Kitāb wa as-Sunnah: 37-123, oleh Hasan Nūr Hasan)


Saudaraku kaum muslimin...
Sesungguhnya mencintai Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam termasuk salah satu pilar agama yang paling utama, sehingga tidaklah mengherankan bahwa tidak ada kei-manan bagi orang-orang yang tidak menjadikan Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam sebagai insan yang paling dicintainya melebihi anak dan keluarganya serta seluruh manusia yang lainnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih dari-pada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” [QS. at-Tawbah (9): 24]
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri…” [QS. al-Ahzāb (33): 6]
Berkaitan dengan ayat tersebut, Rasu-lullah Salallahhu Alaihi Wasalam bersabda:
(( مَا مِنْ مُؤْمِنٍ إِلاَّ وَأَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِهِ فِيْ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ ))
“Tidak ada seorang mukminpun kecuali dia akan lebih mencintai diriku, baik di dunia maupun di akhirat” (HR. al-Bukhāriy 6/22 no. 4781)
Dalam riwayat lain, beliau bersabda:
(( أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِكُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ نَفْسِهِ ))
“Saya adalah orang yang harus lebih dicintai oleh sorang mukmin, walaupun dari dirinya sendiri” (HR. Muslim 1/592 No. 687)


Saudaraku kaum muslimin...
Mahabbah (kecintaan) kepada Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasalam memiliki dua tingkatan, yaitu:

1. Wajib atau Fardhu.
Yaitu mahabbah yang mengandung konsekuensi untuk merealisasikan se-gala perintah Rasulullah sa dan men-jauhi larangannya, rela atau ridha ter-hadap segala ketetapannya, mendasar-kan pengambilan berbagai perintah dan larangan dari ajaran yang dibawa-nya dan tidak memilih jalan kecuali jalan yang telah ditempuh olehnya.

2. Sunnah atau Mandub.
Yaitu mahabbah yang mengandung konsekuensi untuk mengikuti dan men-contoh dengan baik beragam sunnah, akhlak, adab dan ibadah-ibadah sun-nah yang beliau kerjakan. (Lihat: Istinsyāq Nasīm al-Uns min Nafahāt Riyādh al-Quds: 34-35 dan Fath al-Bāriy 1/61)


Saudaraku kaum muslimin...
Pangkal utama sebuah mahabbah (cinta) adalah ath-thā’ah (taat), al-inqiyād (tunduk patuh) dan at-taslīm (menerima dengan totalitas), bahkan hal ini meru-pakan kewajiban mahabbah tersebut.
Oleh karena itu, tidak diperkenan-kan bagi seorangpun untuk keluar atau membangkang dari ketaatan kepada Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasalam dan perintahnya. Bahkan wajib baginya untuk merealisasikan segala perintah dan meninggalkan segala larangannya, serta dengan lebih mengutamakan kecintaan kepadanya dari pada kecintaan kepada keinginan jiwa dan hawa nafsunya sendiri. (Lihat: Fath al-Bāriy 1/53)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga me-reka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, ke-mudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka mene-ima dengan sepenuhnya” [QS. an-Nisā’ (4): 65]


Saudaraku kaum muslimin...
Sebagai penutup, marilah kita renungkan sabda Rasulullah Salallahhu Alaihi Wasalam berikut:
(( ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ سَوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ للهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ ))
“Tiga hal yang apabila seseorang dapat merealisasikannya, maka ia akan mera-sakan lezatnya keimanan, yaitu; 1. Men-jadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai sesuatu yang paling dicintainya dari selainnya, 2. Mencintai seseorang, tiada lain mencintainya kecuali hanya karena Allah, 3. Benci apabila dirinya terjeru-mus kembali kepada kekafiran seperti kebenciannya apabila dijerumuskan ke dalam api” (HR. Muslim 1/592 No. 687)
Seorang penyair bijak berkata:
َعْصِي اْلإِلَهَ وَأَنْتَ تَزْعُمُ حُبَّهُ ذَاكَ لَعُمْرِي فِي الْقِيَاسِ بَدِيْعُ لَـوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقًا َلأَطَعْتَهُ إِنَّ الْمُحِبَّ لِـمَنْ أَحَبَّ مُطِيْعُ
Engkau bermaksiat kepada Allah, padahal kau mengaku mencintai-Nya
Dalam pandanganku, itu bukanlah timbangan yang pantas
Seandainya cintamu tulus, tentu kau akan mentaati-Nya
Karena sang pencinta kan taat pada yang dirindukannya
Kitab-kitab yang mengupas secara khusus tentang mahabbah, ta’zhīm dan ittibā’ kepada Rasulullah sa, di antaranya:
· al-Ittibā’ –Anwā’uhu–wa Atsaruhu fī Bayān al-Qur’ān, karya Muhammad bin Mushthafā as-Sayyid (2 jilid).
- Jilid 1: al-Ittibā’ al-Mahmūd
- Jilid 2: al-Ittibā’ al-Madzmūm
· Huqūq an-Nabiy sa Bayna al-Ijlāl wa al-Ikhlāl, taqdīm. Dr. Shālih al-Fawzān, Dr. Muhammad ar-Rāwiy, Syaykh Muhammad Shafwat Nūr ad-Dīn (kumpulan risalah).
- Risalah 1: Dam’atun ‘Alā Hubb an-Nabiy sa, karya ‘Abdullah bin Shālih al-Khudhayriy.
- Risalah 2: Mahabbah an-Nabiy sa wa Ta’zhīmuhu, karya ‘Abd al-Lathīf bin Muhammad al-Hasan.
- Risalah 3: Ittibā’ an-Nabiy sa fi Dhaw’ al-Wahyayn, karya Fayshal bin ‘Alī al-Ba’dāniy.
- Risalah 4: Hukm al-Ihtifāl bi Dzikrā al-Mawlid an-Nabawiy, karya Dr. Shālih bin Fawzān al-Fawzān.
- Risalah 4: Zhāhirah al-Ihtifāl bi al-Mawlid an-Nabawiy wa Ātsāruhu, karya ‘Abd al-Karīm al-Hamdān.
- Risalah 6: Mazhāhir al-Ghuluw fī Qashā’id al-Madīh an-Nabawiy, karya Sulaymān bin ‘Abd al-Karīm al-Furayjiy.
- Risalah 7: Qawādih ‘Aqadiyyah fī Burdah al-Būshīriy, karya Dr. ‘Abd al-Azīz bin Muhammad Ali ‘Abd al-Lathīf.

Kamis, 26 November 2009

TSAQOFAH

Da'wah Para Rasul

Sepanjang sejarah manusia, semenjak nabi  Adam Alaihi Salam hingga Nuh Alahi Salam semoga Allah senantiasa mencurahkan kesejahteraan kepada mereka (yang diperkirakan berjarah 10 abad), masih tetap berada diatas dasar dan landasan tauhid.
Ibnu Abbas berkata :
كان بين نوح وادم عشرة قرون كلّهم على شريعة من الحقّ فاختلفوا فبعث الله النبيين مبنشّرومنذرين]
“Antara Nuh dan Adam terdapat 10 abad yang seluruhnya berada pada syariat yang haq lalu mereka berselisih, maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi khabar gembira dan ancaman.” [jami’ Al Bayan 2/194].
Penyimpangan terhadap ajaran tauhid, pertama kali terjadi dikalangan umat nabi Nuh Alaihi Salam, yang menyembah patung karena penghormatan yang berlebihan terhadap orang sholeh diantara mereka. Allah mengisahkan kejadian ini dalam Firman Nya :
“ Nuh berkata : “ Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu daya yang amat besar. Dan mereka berkata : “Jangan sekali-kali kalian meniggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwaa, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr.” {Qs Nuh : 21-23}
Ibnu Abbas berkata :
صارت الأوثان التى كانت في قوم نوح في العرب بعد امّا ودّكانت لكلب بدومة الجندل وامّا سواع كانت لهذيل وامّا بغوث فكانت لمراد ثمّ لبنى غطيف باجرف عند سباء وامّايعوق فاكانت لهمدان وامّا نسر فكانت لحمير لال ذى الكلاع اسماء رجال صالحين من قوم نوج فلمّاهلكوا اوحى الشيطان الى قومهم ان انصبوا الى مجالسهمالّتى كانوا يجلسون انصابا وسمّوها باسماءهم ففعلوا فلم تعبد حتى اذا هلك اولئك وتنسّخ العلم عبدت

“Berhala-berhala yang ada pada zaman Nuh akan menjadi berhala bagi bangsa arab setelahnya. Wadd adalah berhala bani Kalb di Daumatil Jandal. Sawaa adalah berhala bani Hudzail. Yaghuts adalah berhala bani Murod, kemudian untuk bani Ghuthoif disebuah wadi bansa Saba. Ya’uq adalah berhala untuk Hamdan. Sedangkan Nashr berhala untuk Himyar. Semuanya nama-nama tokoh-tokoh orang-orang sholeh kaum nabi Nuh . ketika mereka mati syaithonpun mulai menghembuskan kepada kaum mereka bisiksn untuk membuat patung-patng mereka di dalam majelis-majelias tempat meeka duduk, lalu mereka namakan dengan nama-nama tersebut, lalu mereka melakukannya, namun belum disembah, sampai ketika mereka semuanya telah mati dan ilmu mulai redup, maka maka semua itu disembah .” [HR. Bukhori: 4920]
Dari ummat nabi Nuh inilah kemudian syirik itu menyebar ke tengah umat manusia sesudah mereka. Dalam konteks seperti itulah kafilah nabi-nabi dating silih berganti untuk mengenbalikan manusia kepada dasar fithroh mereka yaitu tauhid.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
“Dan tidaklah kami mengutus seorang rasul yang sebelummu ( Muhammad) melainkan kami memberi wahyu kepadanya yaitu bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah. Maka beribadahlah kalian kepadaKu" {Qs Al Anbiyaa : 25}
“Seluruh Rasul yang sebelummu (Muhammad) beserta kitab-kitab mereka pokok dan dasar risalah mereka adalah perintah beribadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi Nya, serta penjelasan bahwa Dialah Ilah yang haq yang berhak diibadati. Dan beribadah kepada selain Nya adalah bathil .” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 470]
Allah berfirman :
“ Sungguh telah Kami bangkitkan seorang Rasul bagi tiap-tiap ummat dengan perintah :
“ Beribadahlah kepada Allah dan jauhilah Thaghut." {Qs An Nahl : 36}
“ Bahwasanya tidak ada satu ummatpun, yang dahulu maupun yang kemudian, kecuali Allah utus kepadanya seoarng Rasul yang semuanya membawa satu dakwah satu agama (syariat) yaitu beribadah kepada Allah semata, yang tidak ada sekutu bagi Nya.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 393]
Dalam ayat lainpun Allah berfirman :
“ Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya,lalu ia berkata : “Wahai kaumku, beibadahlah kepada Allah. Sekali-kali tak ada Ilah bagi-mu selain Nya.” {Qs Al A’raaf : 59}
“ Allah bw\erfirman tentang Nuh atau rasul-rasul yang lain : “ Sesungguhnya Kami telah mengutusnya kepada kaumnya untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah semata. Ketika mereka menyembah berhala.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 255]
Dan dalam ayat yang senada dengan ayat diatas Allah berfirman :
“ Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum A’ad saudara mereka Hud. Ia berkata : “ Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian selain Nya.” {Qs Al A’raaf 65}
“ Dia menyeru mereka kepada tauhid, melarang mereka berbuat syirik dan kedzoliman di muka bumi.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 265]
“ Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Sholeh ia berkata : “ Hai kaumku. Beribadahlah kepada Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian.” {Qs Al A’raaf : 73}
“ Allah mengutus seorang nabi kepada mereka untuk mengajak kepada iman dan tauhid serta melarang mereka berbuat syirik dan mencari tandingan-tandingan. Dakwahnya Sholeh termasuk jenis dakwahnya rasul-rasul yang lain yaitu perintah beribadah kepada Allah dan menjelaskan bahwa hamba tidak memiliki Ilah selain Dia.” [Taisiir Al Kariim Ar Rahman : 257]
Semua itu terus berjalan, hingga tiba saatnya Allah mengankat nabi Isa kelangit lalu manusia mulai menyimpangkan dan mengganti syariat Allah, sehingga syirik merata di muka bumi dan kaum Yahudi dan Nashranipun mulai mempersekutukan Allah. Kaum Yahudi menyembah Uzair, sedangkan kaum Nashrani menyembah Isa dan ibunya.
Allah berfirman :
“ Orang-orang Yahudi berkata : “ Uzair itu putra Allah “ Dan orang Nashrani berkata : “ Al Masih itu putra Allah “ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru orang-orang kafir yang terdahulu…” {Qs At Taubah : 30}
“ Pengikut Isa Al Masih berbeda pendapat setelah beliau diangkat ke langit,sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas dan para ulama salaf lainnya. Sebagaimana mereka berkata : “ Pada kami ada seorang hamba dan rasul Allah yang diangkat ke langit “ yang lain berkata “ Dia adalah Allah “. Sedangkan yang lainnya lagi berkata : “ Dia anak Allah “ [Al Qoshosh al Anbiya : 627]
Dan nun jauh disana, tepatnya dijazirah Arab, mayoritas bangsa Arab sudah semenjak lama mengikuti dakwah Ismail, yaitu tatkala beliau menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim, yang intinya menyembah kepada Allah, mengesakan Nya dan memeluk agama Nya.
Dan waktupun bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran tauhid yang pernah disampaikan kepada mereka.sekalipun begitu, masih ada sisa ajaran tauhid dan beberapa Syiar dari agama Ibrohim, hingga muncul Amr bin Luhay, peminpin bani Khuza’ah. Dia tumbuh sebagai orng yang suka berbuat bijak, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai salah seorang ulama besar dan wali yang disegani.
Kemudian dia mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam yang menyemah berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik serta benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat lahirnya para rasul dan turunnya kitab. Maka dia pulang sambil membawa berhala Hubal dan meletakannya di dalam Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah dengan menyembah Hubal tersebut. Orang-orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk tanah suci.
Berhala mereka yang terdahulu adalah Manat, yang ditempatkan di Musyallal di tepi laut Merah di dekat Qudaid. Kemudian mereka membuat Lata di Tha’if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Inilah tiga berhala yang paling besar. Setelah itu kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran di setiap tempat di Hijaz. Dikisahkan bahwa Amr bin Luhay mempunyai pembantu dari jenis jin.
Jin ini memberitahukan kepadanya bahwa berhala-berhala kaum Nuh (Wadd, Suwaa, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr) terpendam di Jiddah. Maka dia datang kesana dan mengangkatnya,lalu membawanya ke Tihamah. Setelah tiba musim haji, dia menyerahkan berhala-berhala itu kepada berbagai kabilah akhirnya berhala-berhala itu kembali ke tempat asalnya masing-masing, sehingga di setiap kabilah dan di setiap rumah hampir pasti ada berhalanya. Mereka juga memenuhi Al Masjidil Haram dengan berbagai macam berhala dan patung.
Tatkala Rasulullah menaklukan Mekkah, disekitar Ka’bah ada tiga ratus enam puluh berhala. Beliau menghancurkan berhala-berhala itu hingga runtuh semua, lalu memerintahkan agar berhala-berhala tersebut dikeluarkan dari masjid dan dibakar.
Begitulah kisah kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala,yang menjadi Fenomena terbesar dari agama orang-orang jahiliyah yang (masih) menganggap dirinya berada dalam agama nabi Ibrohim yang hanif.
Untuk itu pulalah, Rasulullah diutus yaitu untuk mengembalikan fithroh manusia pada tauhid yang didakwahkan rasul-rasul sebelumnya. (teamhasmi.org)